main |
sidebar
Diposting oleh
Lifa Fitri Muchsin
di
15.01
Akhirnya, nyatalah kepadaku bahwa arti ilmu atau tahu yang sesungguhnya ialah tersingkapnya sesuatu dengan jelas sampai tidak ada lagi ruangan untuk ragu-ragu, tidak mungkin salah atau keliru; tidak ada dihati tempat untuk perasaan itu. Rasa aman dari bahaya salah atau keliru tersbut harus diperkuat dengna suatu keyakinan sedemikian rupa sehingga andaikata disangkal oleh seseorang yang sakti, yaitu misalnya mampu mengubah batu menjadi emas atau mengubah tongkat menjadi ular, hal itu tidak akan dapat menimbulakn keraguan sedikit pun terhadap keyakinan tadi. Sebab jika aku sudah yakin bahwa –misalnya- sepuluh lebih banyak daripada tiga, lalu ada orang yang mengatakan bahwa tigalah yang lebih banyak daripada sepuluh dengna alasan ia dapat mengubah tongkat menjadi ulat dan ia membuktikannya didepan mataku, walaupun begitu, akutidak akan ragu terhadap pengetahuanku tadi. … keraguanku terhadap apa yang kuyakini tidak akan pernah terjadi. Kini aku telah menyadari bahwa apapun yang aku ketahui jika tidak seperti diatas dan apa pun yang aku yakini jika tidak seyakin itu, maka yang demikian bukanlah pengetahun (ilmu) yang patut jadi pegangan dan tidak ada rasa aman didalamnya. Setiap pengetahuan yang tidak memberi perasaan aman (yakin) seperti itu, bukanlah pengetahuan yang sesungguhnya. (Ghazali dalam Hamdi, 2004:146-147)
0 komentar:
Posting Komentar